Sabtu, 19 Mei 2012

Contoh PROPOSAL PTK



  PENELITIAN TINDAKAN KELAS


PENGARUH METODE BELAJAR AKTIF MODEL
PENGAJARAN TERARAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI DAN PEMAHAMAN PELAJARAN IPS
PADA SISWA KELAS VI SDN JATIGUWI 03
KECAMATAN SUMBERPUCUNG

TAHUN 2010/2011






PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS




Disusun Oleh:  LILIS WINANIK, S.Pd
NIP : 19630728 198703 2 002







SEKOLAH DASAR NEGERI JATIGUWI 03
DESA JATIGUWI
 KECAMATAN SUMBERPUCUNG KABUPATEN MALANG
           2010




D A F T A R    I S I


HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I  PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
2. Identifikasi Masalah
3.Batasan Masalah
4. Rumusan Masalah
5. Tujuan Penelitian
6.  Manfaat Penelitian
7.   Definisi Operasional
8.    Kerangka dan hipotesis tindakan
9.    Rencana Penelitian
10.   Jadwal penelitian
11.    Rencana Anggaran
12.  Personalia Penelitian

BAB II  DAFTAR PUSTAKA 



















B A B    I
P E N D A H U L U A N


1. Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.
Terhadap perbedaan daya serap anak didik sebagaimana tersebut di atas, memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metodelah salah satu jawabannya. Untuk sekelompok anak didik boleh jadi mereka mudah menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode tanya jawab, tetapi untuk sekelompok anak didik yang lain mereka lebih mudah menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode demonstrasi atau eksperimen.
Karena itu dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Roestiyah, N.K. (1989: 1), guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah stategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan ‘mengetahui’-nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan, itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita! Pendekatan kontekkstual (contextual teaching learning/CTL) adalah suatu pendekatan pengajaran yang dari karakteristiknya memenuhi harapan itu. Sekrang ini pengajaran kontekstual menjadi tumpuan harapan para ahli pendidikan dan pengajaran dalam upaya ‘menghidupkan’kelas secara maksimal. Kelas yang ‘hidup’ diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar sekolah yang sedemikian cepat.
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Apa yang menjadikan belajar aktif? Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud)
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.
Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam persiapan itu sudah terkandung tentang, tujuan mengajar, pokok yang akan diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi yang digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan mengajar, secara khusus memilih dan menentukan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, cara memilih, menentukan dan menggunakan alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang alat-alat evaluasi.
Sementara itu teknologi pembelajaran adalah salah satu dari aspek tersebut yang cenderung diabaikan oleh beberapa pelaku pendidikan, terutama bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya manusia pendidikan, sarana dan prasarana pendidikanlah yang terpenting. Padahal kalau dikaji lebih lanjut, setiap pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal maupun non formal apalagi tingkat Sekolah Dasar, haruslah berpusat pada kebutuhan perkembangan anak sebagai calon individu yang unik, sebagai makhluk sosial, dan sebagai calon manusia Indonesia.
Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar mengajar, guru senantiasa memanfaatkan teknologi pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran struktural dalam penyampaian materi dan mudah diserap peserta didik atau siswa berbeda.
Khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan guru dengan baik, maka proses pembelajaran kontektual, guru akan memulai membuka pelajaran dengan menyampaikan kata kunci, tujuan yang ingin dicapai, baru memaparkan isi dan diakhiri dengan memberikan soal-soal kepada siswa.
Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka diadakan penelitian dengan judul Pengaruh Metode Belajar Aktif Model Pengajaran Terarah Dalam Meningkatkan Prestasi Dan Pemahaman Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Jatiguwi 03.
2. Identifikasi Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahnnya sebagi berikut:
  1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar IPS dengan diterapkannya metode belajar aktif model pengajaran terarah pada siswa Kelas VI SDN Jatiguwi 03Tahun Pelajaran 2010/2011?
  2. Bagaimanakah pengaruh metode belajar aktif model pengajaran terarah terhadap motivasi belajar IPS pada siswa Kelas VI SDN Jatiguwi 03 Tahun Pelajaran 2010/2011?

C. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah yang diterapkan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan metode belajar aktif model pengajaran terarah, dengan menerapkan metode belajar ini diharapkan prestasi belajar siswa dapat meningkat.

D. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang meliputi:
  1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas VI SDN Jatiguwi 03Tahun Pelajaran 2010/2011.
  2. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil bulan September tahun pelajaran 2010/2011.
  3. Materi yang disampaikan adalah pokok perkembangan teknologi untuk produksi dan, komunikasi dan transportasi.

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
  1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar IPS setelah diterapkannya metode belajar aktif model pengajaran terarah pada siswa Kelas VI SDN Jatiguwi 03 Tahun Pelajaran 2010/2011.
  2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar IPS setelah diterapkan metode belajar aktif model pengajaran terarah pada siswa Kelas VI SDN Jatiguwi 03Tahun Pelajaran 2010/2011.

F.   Manfaat Penelitan
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:
  1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru IPS dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar IPS.
  2. Sumbangan pemikiran bagi guru IPS dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar IPS.



G. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Metode belajar aktif model pengajaran terarah adalah:
Suatu bentuk pembelajaran yang mengharuskan guru mengajukan satu atau beberapa pertanyaan untuk melacak pengetahuan siswa atau mengapatkan hipotesis atau simpulan mereka.
  1. Motivasi belajar adalah:
Merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.
  1. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.








­BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Pustaka
1.   Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996:14).
Sependapat dengan pernyataan tersebut Setomo (1993:68) mengemukakan bahwa belajar adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang dengan sengaja dikalukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah pengetahuan, bekembang daya pikir, sikap dan lain-lain (Soetomo, 1993:120).
Pasal 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
2.   Motivasi Belajar
a.  Konsep Motivasi
Pengajaran tradisional menitik beratkan pada metode imposisi, yakni pengajaran dengan cara menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru bagi murid (Hamalik, 2001:157). Cara ini tidak mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang diberikan itu sesuai atau tidak dengan kesanggupan, kebutuhan, minat, dan tingkat kesanggupan, serta pemahaman murid. Tidak pula diperhatikan apakah bahan-bahan yang diberikan itu didasarkan atas motif-motif dan tujuan yang ada pada murid.
Sejak adanya penemuan-penemuan baru dalam bidang psikologi tentang kepribadian dan tingkah laku manusia, serta perkembangan dalam bidang ilmu pendidikan maka pandangan tersebut kemudian berubah. Faktor siswa didik justru menjadi unsur yang menentukan berhasil atau tidaknya pengajaran berdasarkan “pusat minat” anak makan, pakaian, permainan/bekerja. Kemudian menyusul tokoh pendidikan lainnya seperti Dr. John Dewey, yang terkenal dengan “pengajaran proyeknya”, yang berdasarkan pada masalah yang menarik minat siswa, sistem persekolahan lainnya. Sehingga sejak itu pula para ahli berpendapat, bahwa tingkah laku manusia didorong oleh motif-motif tertentu, dan perbuatan belajar akan berhasil apabila didasarkan pada motivasi yang ada pada murid. Murid dapat dipaksa untuk mengikuti semua perbuatan, tetapi ia tidak dapat dipaksa untuk menghayati perbuatan itu sebagaimana mestinya. Seekor kuda dapat digiring ke sungai tetapi tidak dapat dipaksa untuk minum. Demikian pula juga halnya dengan murid, guru dapat memaksakan bahan pelajaran kepada mereka, akan tetapi guru tidak mungkin dapat memaksanya untuk belajar belajar dalam arti sesungguhnya. Inilah yng menjadi tugas yang paling berat yakni bagaimana caranya berusaha agar murid mau belajar, dan memiliki keinginan untuk belajar secara kontinyu.
b.   Pengertian Motivasi 
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000:28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:114) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3.   Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.   Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2000:29).
 Sedangkan menurut Djamarah (2002:115), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1997:105) ada beberapa strategi dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
2)      Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang pokok.
3)      Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.
4)      Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
5)      Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
b.   Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2000:29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain:
1)      Kompetisi (persaingan):guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
2)      Pace Making (membuat tujuan sementara atau dekat):Pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut.
3)      Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan sesuatu perbuatan.
4)      Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
5)      Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.
6)      Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.                                                                                                                            
4.   Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Telah disepakati oleh ahli pendidikan bahwa guru merupakan kunci dalam proses belajar mengajar. Bila hal ini dilihat dari segi nilai lebih yang dimiliki oleh guru dibandingkan dengan siswanya. Nilai lebih ini dimiliki oleh guru terutama dalam ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru bidang studi pengajarannya. Walalu demikian nilai lebih itu tidak akan dapat diandalkan oleh guru, apabila ia tidak memiliki teknik-teknik yang tepat untuk mentransferkan kepada siswa. Disamping itu kegiatan mengajar adalah suatu aktivitas yang sangat kompleks, karena itu sangat sukar bagi guru Bahasa Indonesia bagaimana caranya mengajar dengan baik agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia.
Untuk merealisasikan keinginan tersebut, maka ada beberapa prinsip umum yang harus dipengang oleh guru Bahasa Indonesia dalam menjalankan tugasnya. Menurut Prof. DR. S. Nasution, prinsip-prinsip umum yang harus dipengang oleh guru Bahasa Indonesia dalam menjalankan tugasnya adalah sebagai berikut:
a.       Guru yang baik memahami dan menghormati siswa.
b.      Guru yang baik harus menghormati bahan pelajaran yang diberikannya.
c.       Guru hendaknya menyesuaikan bahan pelajaran yang diberikan dengan kemampuan siswa.
d.      Guru hendaknya menyesuaikan metode mengajar dengan pelajarannya.
e.       Guru yang baik mengaktifkan siswa dalam belajar.
f.       Guru yang baik memberikan pengertian, bukan hanya dengan kata-kata belaka. Hal ini untuk menghindari verbalisme pada murid.
g.      Guru menghubungkan pelajaran pada kehidupan siswa.
h.      Guru terikat dengan texs book.
i.        Guru yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan, melainkan senantiasa membentuk kepribadian siswanya.
Sehubungan dengan upaya meningkatkan motivasi belajar siswa ada dua prinsip yang harus diperhatiakn oleh guru sebagaimana yang dikemukakan oleh Thomas F. Saton sebagai berikut:
a.       Menyelidiki dengan jelas dan tegas apa yang diharapkan dari pelajaran untuk dipelajari dan mengapa ia diharapkan mempelajarinya.
b.      Menciptakan kesadaran yang tinggi pada pelajaran akan pentingnya memiliki skill dan pengetahuan yang akan diberikan oleh program pendidikan itu.
Dari prinsip-prinsip umum di atas, menunjukkan bahwa peranan guru Bahasa Indonesia dalam mengajar bahasa Indonesia dapat dikatakan sangat dominan, begitu pula dalam meningkatkan motivasi belajar siswa tampaknya guru yang mengetahui akan kemampuan siswa-siswanya baik secara individual maupun secara kelompok, guru mengetahui persoalan-persoalan belajar dan mengajar, guru pula yang mengetahui kesulitan-kesuliatan siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia dan bagaimana cara memecahkannya.
5.   Memperkenalkan Belajar Aktif
Lebih dari 2400 tahun silam, Konfusius menyatakan:
Yang saya dengar, saya lupa.
Yang saya lihat, saya ingat.
Yang saya kerjakan, saya pahami.
Tiga pernyataan sederhana ini berbicara banya tentang perlunya metode belajar aktif.
Yang saya dengar, saya lupa.
Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat.
Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan, saya dapatkan pengetahun dan keterampilan. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai. (Silberman, 2004:15).
Ada sejumlah alasan mengapa sebagian besar orang cenderung lupa tentang apa yang mereka dengar. Salah satu alasan yang paling menarik ada kaitannya dengan tingkat kecepatan bicara guru dan tingkat kecepatan pendengaran siswa.
Pada umumnya guru berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200 kata permenit. Tetapi beberapa kata-kata yang dapat ditangkap siswa dalam per menitnya? Ini tentunya juga bergantung pada cara mereka mendengarkannya. Jika siswa benar-benar berkonsentrasi, mereka akan dapat mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap 50 sampai 100 kata per menit, atau setengah dari apa yang dikatakan guru. Itu karena siswa juga berpikir banyak selama mereka mendengarkan. Akan sulit menyimak guru yang bicaranya nyerocos. Besar kemungkinan, siswa tidak bisa konsentrasi karena, sekalipun materinya menarik, berkonsentrasi dalam waktu yang lama memang bukan perkara mudah. Penelitian menunjukkan bahwa siswa mampu mendengarkan (tanpa memikirkan) dengan kecepatan 400 hingga 500 kata per menit. Ketika mendengarkan dalam waktu berkepanjangan terhadap seorang guru yang berbicara lambat, siswa cenderung menjadi jenuh, dan pikiran mereka mengembara entah ke mana.
Bahkan, sebuah penelitian menunjukkan bahwa dalam suatu perkualiahan bergaya-ceramah, mahasiswa kurang menaruh perhatian selama 40% dari seluruh waktu kuliah (Pollio,1984) (dalam Sileberman, 2004:16. Mahasiswa dapat mengingat 70 persen dalam sepuluh menit pertama kuliah, sedangkan dalam sepuluh menit terakhir, mereka hanya dapat mengingat 20% materi kuliah mereka (McKeachie, 1986) (dalam Silberman, 2004:16). Tidak heran bila mahasiswa dalam  kualia  psikologi yang disampaikan dengan gaya ceramah hanya mengetahui 8% lebih banyak dari kelompok pembanding yang sama sekali belum pernah mengikuti kuliah itu (Richard, dkk., 1989) (dalam Silberman, 2004:16). Bayangkan apa yang bisa didapatkan dari pemberian kuliah dengan cara seperti itu di perguruan tinggi.
Dua figur terkenal dalam gerakan kooperatif, David dan Roger Jonson, bersama Karl Smith, mengemukakan beberapa persoalan berkenaan dengan perkuliahan yang berkepanjangan (Johnson, Johnson & Smith, 1991; dalam Silberman, 2004:17).
a.       Perhatian mahasiswa menurun seiring berlalunya waktu.
b.      Cara kuliah macam ini hanya menarik bagi peserta didik auditori.
c.       Cara ini cenderung mengakibatkan kurangnya proses belajar mengajar tentang informasi faktual.
d.      Cara ini mengasumsikan bahwa mahasiswa memerlukan informasi yang sama dengan langkah penyampaian yang sama dengan langkah penyampaian yang sama pula.
e.       Mahasiswa cenderung tidak menyukainya.
Dengan menambahkan media visual pada pemberian pelajaran, ingatan akan meningkat dari 14 hingga 38 persen (Pike, 1989) (dalam Silberman, 2004:17). Penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan hingga 200 persen ketika digunakan media visual dalam mengajarkan kosa kata. Tidak hanya itu, waktu yang diperlukan untuk menyajikan sebuah konsep dapat berkurang hingga 40 persen ketika media visual digunakan untuk mendukung presentasi lisan. Sebuah gambar barangkali tidak memiliki ribuan kata, namun ia tiga kali lebih efektif ketimbang kata-kata saja.
Ketika pengajaran memiliki dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikan akan menjadi lebih kuat berkat kedua sistem penyampaian itu. Juga, sebagian siswa, seperti akan kita bahas nanti. Lebih menyukai satu cara penyampaian ketimbang cara yang lain. Dengan menggunakan keduanya, kita memiliki peluang yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dari beberapa tipe siswa. Namum demikian belajar tidaklah cukup hanya dengan mendengarkan atau melihat sesuatu.
6.   Bagaimanakah Otak Bekerja
Otak kita tidak bekerja seperti piranti audio atau video tape recorder. Informasi yang masuk akan secara kontinyu dipertanyakan. Otak kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti ini.
            Pernahkan saya mendengar atu melihat informasi ini sebelumnya?
Di bagian manakah informasi itu cocok? Apa yang bisa saya lakukan terhadapnya?
Dapatkah saya asumsikan bahwa ini merupakan gagasan yang sama yang saya dapatkan kemarin atau bulan lalu atau tahun lalu?
            Otak tidak sekedar menerima informasi, ia mengolah. Untuk mengolah informsi secara efektif, ia akan terbantu dengan melakukan perenungan semacam itu secara eksternal juga internal. Otak kita akan melakukan tugas proses belajar yang lebih baik jika kita membahas informasi dengan orang lain dan jika kita diminta mengajukan pertanyaan tentang itu. Sebagai contoh, Ruhl, Hughes, dan Schloss (1987) (dalam Silberman, 2004:18) meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangkunya tentang apa yang dijelaskan oleh guru pada beberapa jeda waktu yang disediakan selama pelajaran berlangsung. Dibandingkan dengan siswa dalam kelas pembanding yang tidak diselingi diskusi, siswa-siswi ini mendapatkan nilai dengan selisih dua angka lebih tinggi.
Akan lebih baik lagi jika kita dapat melakukan sesuatu terhadap informasi itu, dan dengan demikian kita bisa mendapat umpan balik tentang seberapa bagus pemahaman kita. Menurut John Holt (1967) (dalam Silbermanb, 2004:19), proses belajar akan meningkat jika siswa dinima untuk melakukan berikut ini.
a.       Mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka sindiri.
b.      Memberikan contohnya.
c.       Mengenalinya dalam bermacam-macam bentuk dan situasi.
d.      Melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain.
e.       Menggunakannya dengan beragam cara.
f.       Memprekdisikan sejumlah konsekuensinya.
g.      Menyebutkan lawan atau kebalikannya.
Dalam banyak hal, otak tidak begitu berbeda dengan sebuah computer, dan kita adalah pemakainya. Sebuah computer terntunya perlu di-“on“-kan untuk bisa digunakan. Otak kita juga demikian. Ketika kegiatan belajar sifatnya pasif, otak kita tidak “on”. Sebuah computer membutuhkan software yang tepat untuk menginterpretasikan data yang diasumsikan. Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang dimasukkan. Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan cara kita berpikir. Ketika proses belajar sifatnya pasif, otak tidak melakukan pengkaitan ini dengan software pikiran kita. Ujung-ujungnya, computer tidak dapat mengakses kembali informasi yang dia olah bila tidak terlebih dahulu “disimpan”. Otak kita perlu menguji informasi, mengikhtisarkannya, atau menjelaskan kepada orang lain untuk dapat menyimpannya dalam bank ingatannya. Ketika proses belajar bersifat pasif, otak tidak menyimpan apa yang telah disajikan kepadanya.
Apa yang terjadi ketika guru menjejali siswa dengan pemikiran mereka sendiri (betapapun meyakinkan dan tertatanya pemikitan mereka) atau ketika guru terlalu sering menggunakan penjelasan dan pemeragaan (demonstrasi) yang disertai ungkapan, “begini lho caranya”? Menuangkan fakta dan konsep ke dalam benak siswa dan menunjukan keterampilan dan prosedur dengan cara yang kelewat menguasai justru akan mengganggu proses belajar. Cara menyajikan informasi akan menimbulkan kesan langsung di otak, namun tanpa memori fotografis, siswa tidak akan mendapatkan banyak hal baik dalam waktu lama maupun sebentar.
Tentu saja, proses belajar sesungguhnya bukanlah semata kegiatan menghafal. Banyak hal yang kita ingat akan hilang dalam beberapa jam. Memperlajari bukanlah menelan semuanya. Untuk mengingat apa yang telah diajarkan, siswa harus mengolahnya atau memahaminya. Seorang guru tidak dapat dengan serta merta menuangkan sesuatu ke dalam benak para siswanya, mereka dengar dan lihat menjadi satu kesatuan yang bermana. Tanpa peluang untuk mendiskusikan, mengajukan pertanyaan, mempraktekan, dan barangkali bahkan mengajarkannya kepada siswa yang lain, proses belajar yang sesungguhnya tidak akan terjadi.
Lebih lanjut, belajar bukanlah kegiatan sekali tembak. Proses belajar berlangsung secara bergelombang. Belajar memerlukan kedekatan dengan materi yang hendak dipelajari, jauh sebelum bisa memahaminya. Belajar juga memerlukan kedekatan dengan berbagai macam hal, bukan sekedar pengulangan atau hafalan. Sebagi contoh, pelajaran Bahasa Indonesia bisa diajarkan dengan media yang konkret, melalui buku-buku latihan, dan dengan mempraktekan dalam kegiatan sehari-hari. Masing-masing cara dalam menyajikan konsep akan menentukan pemahaman siswa. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana kedekatan itu berlangsung. Jika ini terjadi pada peserta didik, dia akan merasakan sedikit keterlibatan mental. Ketika kegiatan belajar sifatnya pasif, siswa mengikuti pelajaran tanpa rasa keingintahun, tanpa mengajukan pertanyaan, dan tanpa minat terhadap hasilnya (kecuali, barangkali, nilai yang akan dia peroleh). Ketika kegiatan belajar sifat aktif, siswa akan mengupayakan sesuatu. Dia menginginkan jawaban atas sebuah pertanyaan, membutuhkan informasi untuk memecahkan masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas.
7.   Gaya Belajar
Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan. Perserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik auditori, yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan oleh guru, dan membuat catatan. Mereka menggunakan kemampuan untuk mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Peserta didik kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Mereka cenderung impulsive, semau gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran, mereka mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu. Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tida karuan.
Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara belajar. Grinder (1991) (dalam Silberman, 2004:22) menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa, 22 diantaranya rata-rata dapat belajar dengan efektif selama gurunya mengahadirkan kegiatan belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinestik. Namun, 8 siswa siswanya sedemikan menyukai salah satu bentuk pengajaran dibanding dua lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran bila tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai dengan cara yang mereka sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran harus bersifat mulitsensori dan penuh dengan variasi.
Kalangan pendidikan juga mencermati adanya perubahan cara belajar siswa. Selama lima belas tahun terakhir, Schroeder dan koleganya (1993) (dalam Silberman, 2004:22) telah menerapkan indikator tipe Myer-Briggs (MBTI) kepada mahasiswa baru. MBTI merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam dunia pendidikan dan untuk memahami fungsi perbedaan individu dalam proses belajar. Hasilnya menunjukkan sekitar 60 persen dari mahasiswa yang masuk memiliki orientasi praktis ketimbang teoritis terhadap pembelajaran, dan persentase itu bertambah setiap tahunnya. Mahasiswa lebih suka terlibat dalam pengalaman langsung dan konkret daripada mempelajari konsep-konsep dasar terlebih dahulu dan baru kemudian menerapkannya. Penelitain MBTI lainnya, jelas Schroeder, menunjukkan bahwa siswa sekolah menengah lebih suka kegiatan belajar yang benar-benar aktif dari pada kegiatan yang reflektif abstrak, dengan rasio lima banding satu. Dari semua ini, dia menyimpulkan bahwa cara belajar dan mengajar aktif sangat sesuai dengan siswa masa kini. Agar bisa efektif, guru harus menggunakan yang berikut ini: diskusi dan proyek kelompok kecil, presentasi dan debat, dalam kelas, latihan melalui pengalaman, pengalaman lapangan, simulasi, dan studi kasus. Secara khusus Schroeder menekankan bahwa siswa masa kini “bisa beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan kelompok dan belajar bersama.”
Temuan-temuan ini dapat dianggap tidak mengejutkan bila kita mempertimbangkan secepatnya laju kehidupan modern. Dimasa kini siswa dibesarkan dalam dunia yang segala sesuatunya berjalan dengan cepat dan banyak pilihan yang tersedia. Suara-suara terdengar begitu menghentak merdu, dan warna-warna terlihat begitu semarak dan menarik. Obyek, baik yang nyata maupun yang maya, bergerak cepat. Peluang untuk mengubah segala sesuatu dari satu kondisi ke kondisi lain terbuka sangat luas.
8.   Sisi Sosial Proses Belajar
Karena siswa masa kini menghadapi dunia di mana terdapat pengetahun yang luas, perubahan pesat, dan ketidakpastian, mereka bisa mengalami kegelisahan dan bersikap defensif. Abraham Maslow mengajarkan kepada kita bahwa manusia memiliki dua kumpulan kekuatan atau kebutuhan yang satu berupaya untuk tumbuh dan yang lain condong kepada keamanan. Orang yang dihadapkan pada kedua kebutuhan ini akan memiliki keamanan ketimbang pertumbuhan. Kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi sebelum bisa sepenuhnya kebutuhan untuk mencapai sesuatu mengambil resiko, dan menggali hal-hal baru. Pertumbuhan berjalan dengan langkah-langkah kecil, menurut Maslow, dan “tiap langkah maju hanya dimungkin akan bila ada rasa aman, yang mana ini merupakan langkah ke depan dari suasana rumah yang aman menuju wilayah yang belum diketahui” (Maslow, 1968) (dalam Silberman, 2004:24).
Salah satu cara utama untuk mendapatkan rasa aman adalah menjalin hubungan dengan orang lain dan menjadi bagian dari kelompok. Perasaan saling memiliki ini memungkinkan siswa untuk menghadapi tantangan. Ketika mereka belajar bersama teman, bukannya sendirian, mereka mendapatkan dukungan emosional dan intelektual yang memungkinkan mereka melampaui ambang pengetahun dan keterampilan mereka yang sekarang.
Jerome Bruner membahas sisi sosial proses belajar dama buku klasiknya, Toward a Theory of Instruction. Dia menjelaskan tentang “kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerjasama dengan mereka guna mencapai tujuan,” yang mana hal ini dia sebut resiprositas (hubungan timbal balik). Bruner berpendapat bahwa resiprositas merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan oleh guru sebagai berikut, “Di mana dibutuhkan tindakan bersama, dan di mana resiprositas diperlukan bagi kelompok untuk mencapai suatu tujuan, disitulah terdapat proses yang membawa individu ke dalam pembelajaran membimbingnya untuk mendapatkan kemampuan yang diperlukan dalam pembentukan kelompok” (Bruner, 1966) (dalam Silberman, 2004:24).
Konsep-konsepnya Maslow dan Bruner mengurusi perkembangan metode belajar kolaboratif yng sedemikian popular dalam lingkup pendidikan masa kini. Menempatkan siswa dalam kelompok dan memberi mereka tugas yang menuntut untuk bergantung satu sama lain dalam mengerjakannya merupakan cara yang bagus untuk memanfaatkan kebutuhan sosial siswa. Mereka menjadi cenderung lebih telibat dalam kegiatan belajar karena mereka mengerjakannya bersama teman-teman. Begitu terlibat, mereka juga langsung memiliki kebutuhan untuk membicarakan apa yang mereka alami bersama teman, yang mengarah kepada hubungan-hubungan lebih lanjut.
Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran. Metode belajar bersama yang terbaik, semisal pelajaran menyusun gambar (jigsaw), memenuhi persyaratan ini. Pemberian tugas yang berbeda kepada siswa akan mendorong mereka untuk tidak hanya belajar bersama, namun juga mengajarkan satu sama lain.
9.   Pengajaran Terarah
a.   Uraian Singkat
Dalam teknik ini, guru mengajukan satu atau beberapa pertanyaan untuk melacak pengetahuan siswa atau mendapatkan hipotesis atau simpulan mereka dan kemudian memilah-milahnya menjadi sejumlah kategori. Metode pengajaran terarah merupakan selingan yang mengasyikan di sela-sela cara pengajaran biasa. Cara ini memungkinkan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan dipahami oleh siswa sebelu memaparkan apa yang guru ajarkan. Metode ini sangat berguna dalam mengajarkan konsep-konsep abstrak.
b.   Prosedur
1)      Ajukan pertanyaan atau serangkaian pertanyaan yang menjajaki pemikiran siswa dan pengetahuan yang mereka miliki. Gunakan pertanyaan yang memiliki beberapa kemungkinan jawaban, semisal “Bagaimana kamu menjelaskan seberapa cerdanya seseorang?”
2)      Berikan waktu yang cukup kepada bagi siswa dalam pasangan atau kelompok untuk membahas jawaban mereka.
3)      Perintahkan siswa untuk kembali ke tempat masing-masing dan catatlah pendapat mereka. Jika memungkinkan, seleksi jawaban mereka menjadi beberapa kategori terpisah yang terkait dengan kategori atau konsep yang berbeda semisal “kemampuan membuat mesin” pada kategori kecerdasan kinestetika-tubuh.
4)      Sajikan poin-poin pembelajaran utama yang ingin anda ajarkan. Perintahkan siswa untuk menjelaskan kesesuaian jawaban mereka dengan poin-poin ini. Catatlah gagasan yang memberi informasi tambahan bagi poin pembelajaran.
c.  Variasi
1)      Jangan memilah-milah jawaban siswa menjadi daftar yang terpisah. Sebagai gantinya, buatlah satu daftar panjang dan perintahkan mereka untuk mengkategorikan gagasan mereka terlebih dahulu sebelum guru membandingkannya dengan konsep yang ada di pikiran anda.
2)      Mulailah pelajaran dengan tanpa kategori yang sudah ada di benak guru. Cermati bagaimana siswa dan guru secara bersama-sama bisa memilah-milah gagasan mereka menjadi kategori yang berguna.

B. Kerangka Berpikir
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) pengertian pembelajaran, (2) motivasi belajar meliputi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, (3) pengajaran terarah.
1.      Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
2.   Motivasi Belajar
motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3.   Motivasi Instrinsik
            Motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
4.   Motivasi Ekstrinsik
            Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.
5.   Pengajaran Terarah
Suatu teknik pengajaran dimana guru mengajukan satu atau beberapa pertanyaan untuk melacak pengetahuan siswa atau mendapatkan hipotesis atau simpulan mereka dan kemudian memilah-milahnya menjadi sejumlah kategori.




















9.    Rencana Penelitian
      Penelitian ini dilaksanakan selama tiga siklus/putaran.Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
10.   Jadwal penelitian
     a.    Dilaksanakan mulai tgl 2 Agustus 2010
     b.    Penelitian dilakukan 3 siklus, putaran 1 tgl 1 September 2010, putaran 2
           tgl 8 September  2010, putaran 3 tgl 15 September 2010 .
c.        Tempat penelitian di SD Negeri Jatiguwi 03.
d.      Prosedur penelitian ada 3 tahap : persiapan-pelaksanaan-penyelesaian.
11.    Rencana Anggaran
        a.    Pengajuan proposal                          : Rp.   50.000,00       
        b.   Honor Pengamat 2 orang                  : Rp. 300.000,00
        c.   ATK penyusunan laporan                 : Rp.  200.000,00
        d.  Rental dan pengetikan                       : Rp.  250.000,00
        e.   Konsumsi dan akomodasi                 : Rp.  350.000,00

     12.  Personalia Penelitian
a.   Nama Lengkap                               : LILIS WINANIK, S.Pd
b.  NIP                                                            : 19630728 198703 2 002
c.   Pekerjaan                                        : Guru SD Negeri Jatiguwi 03
d.      Waktu untuk penelitian ini                        : 6 Jam/Minggu selama  2 bulan


   


           

      DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineksa Cipta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Hamalik, Oemar. 1994. Metode Pendidikan. Bandung:Citra Aditya Bakti.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.
Mursell, James ( - ). Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.
Poerwodarminto. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Bina Ilmu.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Insan Cendekia.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineksa Cipta.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.



















CURRICULUM VITAE

N A M A                                 :           LILIS WINAN IK, S.Pd
N I P                                       :           19630728 198703 2 002
TEMPAT/TGL LAHIR          :           Malang, 28 Juli 1963
ALAMAT                               :           Desa Jatiguwi Kecamatan Sumberpucung
PEKERJAAN                         :           Guru SD / PNS
Riwayat Pendidikan               :
-          SD 6 tahun lulus tahun 1975 di SD Negeri Jatiguwi
-          SMP 3 tahun lulus tahun 1979 Di SMPK Sumberpucung
-          SPG 3 tahun lulus tahun 1982 Di Blitar
-          D3 IKIP PGRI Malang lulus tahun 1986
-          S1 berijasah tahun 2008di UNIDHA Malang




























LAMPIRAN


Lampiran 1

LEMBAR PENGAMATANPENGELOLAAN
STRATEGI PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH

Nama Sekolah             : ……………….               Nama Guru           : ………………...
Mata Pelajaran            : ……………….               Hari/tanggal          : ………………...
Sub Konsep                 : ……………….               Pukul                     : ………………...

Petunjuk
Berikan penilan anda dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai.
No
Aspek yang diamati
Penilaian
Ya
Tidak
1
2
3
4
I
Pelaksanaan
A.      Pendahuluan
  1. Memotivasi Siswa
  2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B.      Kegiatan Inti
  1. Mendiskusikan langkah kegiatan bersama siswa.
  2. Membimbing siswa melakukan kegiatan.
  3. Membimbinga siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
  4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan.
  5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
C.      Penutup
  1. Membimbing siswa membuat rangkuman.
  2. Memberikan evaluasi.






II
Pengelolaan waktu






III
Antusiasme kelas
  1. Siswa antusias
  2. Guru Antusias.






Keterangan                                                                                                                   Jatiguwi, ……….2010
  1. Kurang baik                                                                                                            Pengamat
  2. Cukup baik 
  3. Baik                                                                                      
  4. Sangat baik                                                                                                                                                                                                                                                               (…………………………..)                          
















Lampiran 2
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA DAN GURU DALAM KBM

Nama Sekolah                         :                                                               Tanggal                   :
Kelas/semester                         :                                                               Waktu                      :
Bahan Kajian                           :                                                               Nama Guru             :
Petunjuk Pengisian
Amatilah aktivitas gurudan siswa dalam kelompok sampel selama kegiatan belajar berlangsung kemudian isilah lembar observasi dengan prosedur sebagai berikut:
1.        Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang memungkinkan dapat melihat semua aktivitas siswa yang diamati.
2.        Setiap 2 menit pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dominan, kemudian 1 menit pengamat menuliskan kode kategori pengamatan.
3.        Pengamatan ditujukan untuk kedua kelompok yang melakukan secara bergantian setiap periode waktu tiga menit.
4.        Kode-kode kategori dituliskan secara berurutan sesuai dengan kejadian pada baris dan kolom yang tersedia.
5.        Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pelajaran dan dilakukan secara serempak.
Aktivitas guru
Aktivitas siswa
1.    Menyampaikan tujuan
2.    Memotivasi siswa/merumusan masalah.
3.    Mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya.
4.    Menyampaikan langkah-langkah/strategi
5.    Menjelaskan materi yang sulit
6.    Memebimbing menemukan konsep.
7.    Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan.
8.    Memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab.
9.    Membimbing siswa merangkum pelajaran.
1.    Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru.
2.    Membaca buku.
3.    Bekerja dengan sesama anggota kelompok
4.    Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru.
5.    Menyajikan hasil pembelajaran
6.    Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide.
7.    Menulis yang relevan dengan KBM.
8.    Merangkum pembelajaran.
9.    Mengerjakan tes evaluasi.


Nama Guru:
































Nama Murid:

Nama Murid:






























































Nama Murid:
Nama Murid:






























































Nama Murid:
Nama Murid:






























































Nama Murid:
Nama Murid:





























































            Jatiguwi,                       2010
           Pengamat

                   (…………………….)
















Lampiran 3
Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran I

No.
Nama (Guru-Siswa)
P
RP I (90 menit)
Jml
Nama Guru
1
2
3
4
5
6
7
8
9
P1










P2










Rata-rata
X










Prosentase
%










1
Nama Siswa
P1










P2










2
Nama Siswa
P1










P2










3
Nama Siswa
P1










P2










4
Nama Siswa
P1










P2










5
Nama Siswa
P1










P2










6
Nama Siswa
P1










P2










7
Nama Siswa
P1










P2










8
Nama Siswa
P1










P2










Jumlah
P1










P2










Rata-rata
X










Prosentase rata-rata
%











Keterangan:

Rata-rata (x)

Prosentase rata-rata (%)




























Lampiran 4

Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran II

No.
Nama (Guru-Siswa)
P
RP I (90 menit)
Jml
Nama Guru
1
2
3
4
5
6
7
8
9
P1










P2










Rata-rata
X










Prosentase
%










1
Nama Siswa
P1










P2










2
Nama Siswa
P1










P2










3
Nama Siswa
P1










P2










4
Nama Siswa
P1










P2










5
Nama Siswa
P1










P2










6
Nama Siswa
P1










P2










7
Nama Siswa
P1










P2










8
Nama Siswa
P1










P2










Jumlah
P1










P2










Rata-rata
X










Prosentase rata-rata
%











Keterangan:

Rata-rata (x)

Prosentase rata-rata (%)
























Lampiran 5

Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran III

No.
Nama (Guru-Siswa)
P
RP I (90 menit)
Jml
Nama Guru
1
2
3
4
5
6
7
8
9
P1










P2










Rata-rata
X










Prosentase
%










1
Nama Siswa
P1










P2










2
Nama Siswa
P1










P2










3
Nama Siswa
P1










P2










4
Nama Siswa
P1










P2










5
Nama Siswa
P1










P2










6
Nama Siswa
P1










P2










7
Nama Siswa
P1










P2










8
Nama Siswa
P1










P2










Jumlah
P1










P2










Rata-rata
X










Prosentase rata-rata
%











Keterangan:

Rata-rata (x)

Prosentase rata-rata (%)











































Lampiran 6
Nilai Tes Formatif Pada Siklus I
No
Nama
Skor
Keterangan
T
TT
1
Bagus Adi saputra



2
M Arif yulianto



3
Reky Fitriani



4
Arry Dimas



5
Dimas Ikhlasul



6
Dania Putri



7
Dani Pamungkas



8
Febrianti QAlmahera



9
Farah Rosa



10
Gigin ferdika



11
Intan Maharani



12
Monalisa Desideria



13
Novia Ayu



14
Putri eleydia



15
Parahita Parma



16
Reno Bai Kurniawan



17
Shella Novita



18
Sabella M



19
Yessy Sendi



20
Reno Nopiansah



21
Ivan Ariadika



22
Desi Laily



23
I Putu Kevin



Jumlah






Keterangan:    
T                                                          :
TT                                                        :
Jumlah siswa yang tuntas                    :
Jumlah siswa yang belum tuntas         :
Skor maksimal ideal                            :
Skor tercapai                                       :
Rata-rata skor tercapai                        :
Persentase ketuntasan                                     :
Klasikal                                               :










Lampiran 7
Nilai Tes Formatif Pada Siklus II
No
Nama
Skor
Keterangan
T
TT
1
Bagus Adi saputra



2
M Arif yulianto



3
Reky Fitriani



4
Arry Dimas



5
Dimas Ikhlasul



6
Dania Putri



7
Dani Pamungkas



8
Febrianti QAlmahera



9
Farah Rosa



10
Gigin ferdika



11
Intan Maharani



12
Monalisa Desideria



13
Novia Ayu



14
Putri eleydia



15
Parahita Parma



16
Reno Bai Kurniawan



17
Shella Novita



18
Sabella M



19
Yessy Sendi



20
Reno Nopiansah



21
Ivan Ariadika



22
Desi Laily



23
I Putu Kevin



Jumlah




Keterangan:    
T                                                          :
TT                                                        :
Jumlah siswa yang tuntas                    :
Jumlah siswa yang belum tuntas         :
Skor maksimal ideal                            :
Skor tercapai                                       :
Rata-rata skor tercapai                        :
Persentase ketuntasan                                     :
Klasikal                                               :


                      












































Lampiran 8
Nilai Tes Formatif Pada Siklus III
No
Nama
Skor
Keterangan
T
TT
1
Bagus Adi saputra



2
M Arif yulianto



3
Reky Fitriani



4
Arry Dimas



5
Dimas Ikhlasul



6
Dania Putri



7
Dani Pamungkas



8
Febrianti QAlmahera



9
Farah Rosa



10
Gigin ferdika



11
Intan Maharani



12
Monalisa Desideria



13
Novia Ayu



14
Putri eleydia



15
Parahita Parma



16
Reno Bai Kurniawan



17
Shella Novita



18
Sabella M



19
Yessy Sendi



20
Reno Nopiansah



21
Ivan Ariadika



22
Desi Laily



23
I Putu Kevin



Jumlah







Keterangan:    
T                                                          :
TT                                                        :
Jumlah siswa yang tuntas                    :
Jumlah siswa yang belum tuntas         :
Skor maksimal ideal                            :                                  
Rata-rata skor tercapai                        :
Persentase ketuntasan                                     :                                                






KabmalPPEMERINTAH KABUPATEN MALANG
UPTD TK SD DAN PLS DINAS PENDIDIKAN
SD NEGERI JATIGUWI 03
KECAMATAN SUMBERPUCUNG
 

SURAT KETERANGAN
No. 800/      /421.101.405.13/2010
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama                                           :       EDY MUNASIB, S.Pd

NIP                                             :       19560613 197907 1 001

Pangkat/Golongan Ruang           :       Pembina / IVa

Jabatan                                        :       Kepala Sekolah

Nama dan Alamat Sekolah         :       SDN Jatiguwi 03 Kecamatan Sumberpucung
                                                            Kebupaten Malang

Memberikan persetujuan kepada      :
Nama                                           :       LILIS WINANIK, S.Pd

NIP                                             :       19630728 198703 2 002

Pangkat/Golongan Ruang           :       Penata Muda TK I / IIId

Jabatan                                        :       Guru Kelas VI

Nama dan Alamat Sekolah         :       SDN Jatiguwi 03  Kecamatan Sumberpucung
                                                            Kabupaten Malang
Untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul ”Meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika denganmenerapkan metode pemberian balikan pada siswa kelas VI SD Negeri Jatiguwi 02 tahun pelajaran 2010 / 2011”
Sebagai usaha untuk meningkatkan pengembangan profesi guru dalam jabatannya.

Jatiguwi, 18 Agustus  2010                                                                Menyetujui
Pustakawan                                                                                         Kepala Sekolah


NINIK AYUNDARI, S.Pd                                                               EDY MUNASIB,S.Pd
NIP. 19691105 200801 2 017                                                           NIP. 19600916 198112 2 003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar