Senin, 24 Maret 2014

guru menulis



Membangun Karakter Guru Yang Dicintai Anak-Anak
Oleh : Ninik Ayundari
https://fbcdn-sphotos-f-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/t1.0-9/1173757_677209542290641_1339392130_n.jpgGuru SD Negeri Senggreng 06 Sumberpucung










Karakter dan sikap seorang guru terhadap muridnya merupakan bagian penting dalam menunjang keberhasilan mendidik murid-muridnya.  Seringkali kita bertanya apakah kita sudah  menjadi guru yang baik? Bagaimana dan apa yang harus kita lakukan agar menjadi guru yang baik?
Sudah seharusnya kita menyadari dan menanamkan pada diri sendiri, bahwa sebenarnya guru bukanlah sekadar pekerjaan, tetapi sebuah profesi.  Namun pada kenyataannya tak jarang kita bertindak  yang tidak sesuai dengan profesinya sebagai guru.  Sering di media massa diberitakan sikap guru yang tidak wajar terhadap muridnya bahkan cenderung sadis.  Memang dilema seorang guru yang di sisi lain harus tetap menunjukkan sikap profesional, tegas dan berwibawa, namun juga diharapkan sikap guru lembut, telaten dan sabar. 
Pada saat ini  guru yang baik seolah-olah sosok yang selalu diuji para administrator pendidikan, pemerintah atau pakar pendidikan berprestasi.  Sebenarnya masyarakat dalam hal ini orang tua bahkan media juga memiliki harapan-harapan mereka masing-masing. Akan tetapi, jarang  anak-anak sebagai penerima layanan pendidikan, ditanya apa pendapat mereka mengenai hal ini.  Pada kenyataannya, anak-anak inilah yang merupakan alasan munculnya sosok profesi guru berprestasi dan melalui mereka pulalah profesi ini seharusnyamendapat nilai yang berharga .
Menjadi guru adalah sebuah seni.  Menjadi guru yang baik itu melibatkan panggilan, kemampuan intelektual dan penguasaan materi, karakter, talenta dan kemampuan berkomunikasi.  Namun dari semua itu, yang terpenting adalah karakter.  
Seorang guru bisa diibaratkan sebagai seorang gembala.  Ia tak hanya sekadar mengenal nama murid-muridnya saja, namun lebih dari itu guru mengenal kepribadian dan latar belakang mereka dengan sangat baik. 
Dengan demikian guru yang baik berarti sangat menyadari perbedaan antar anak-anak, beragamnya cara mereka belajar, dan paham metode dalam menghadapi perbedaan itu untuk mendorong siswa mampu belajar.  Anak-anak yang belajar dengan guru semacam itu tentu saja tidak perlu lagi mengeluarkan uang tambahan untuk mengikuti les sepulang sekolah.
Tak hanya itu, selayaknya seorang gembala, guru bertanggung jawab penuh untuk menjaga merawat murid-muridnya. Mereka memiliki kepribadian penyayang, baik, hangat, sabar, namun juga tegas, tidak otoriter serta luwes dalam perilaku.  Pusat perhatian mereka bukanlah pada buku teks atau kurikulum, tetapi pada anak.
              Bagaikan domba-domba yang mempercayakan diri kepada gembalanya, murid-murid akan merasa diterima dan makin percaya kepada gurunya.  Hubungan yang dekat antara guru dan murid akan menghasilkan sikap hormat, sayang dan terbuka.  Murid tidak ragu untuk bertanya serta mencurahkan isi hati tanpa sungkan dan takut.secara umum, ada 3 (tiga) bekal yang harus dimiliki seseorang untuk dapat menjadi seorang guru yang baik.
              Tiga bekal yang dimaksud di sini antara lain: (1) kreatifitas yang memadai sehingga gaya mengajarnya guru tersebut bervariasi, (2) kompetensi yang cukup, dan (3) memiliki sifat ikhlas dan mau mendoakan kesuksesan pada anak didiknya.Seorang guru harus mempunyai jiwa kreatifitas tinggi, jiwa kreatifitas di sini akan mendorong untuk menemukan berbagai model pembelajaran baru yang cocok diterapkan di kelasnya.
Dari  inilah akan bisa menemukan berbagai macam problem solving yang berhubungan dengan permasalahan siswa-siswi ketika berada di sekolah, di kelas,  maupun di luar sekolah.  Kreatifitas ini akan membuat seorang guru mampu menemukan cara membuka kelas yang elegan, cara mengajar yang baik, cara memberikan tugas yang cantik namun tidak memberatkan,  membuat anak-anak aktif menyampaikan ide mereka dan cara memimpin diskusi di kelas, cara membuat dan melakukan penilaian  yg praktis. Kreatifitas yang dimiliki oleh seorang guru akan membuat dia menjadi terlihat beda diantara guru yg lain, dan inilah yg akan membuat siswa-siswi selalu rindu untuk berjumpa dengan gurunya.
Seorang guru tidaklah harus seseorang yang mampu menguasai seluk beluk keilmuannya sampai detail, cerdas dan brillian. Untuk menjadi guru  IPA. Dia tak harus mengetahui semua nama-nama latin tumbuhan yang ada di dunia tetapi ini merupakan nilai lebih yg patut disyukuri.  Tetapi secara umum, menjadi guru tidaklah butuh hal yg terlalu menakjubkan seperti yg sudah disebutkan. Syarat tersebut cukup mudah. Ia harus mempunyai kompetensi yang cukup yang berhubungan dengan keilmuannya dan yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Andaikata seseorang sudah paham inti darikeilmuannya dan mampu menerapkan inti keilmuan tersebut untuk memecahkan banyak sekali soal yang berhubungan dengan keilmuannya, maka inipun sudah cukup. Apalagi orang tersebut juga paham dasar-dasar pendidikan, maka semua itu  sangat menunjang.
Yang terakhir dari bekal yang harus dimiliki seorang guru ialah bersifat ikhlas. Sifat ikhlas inilah yg jarang dimiliki guru sekarang ini. Andaikata seorang guru ikhlas mengajar, maka keikhlasan ini akan memberikan semangat yg tanpa batas pada guru untuk berusaha keras membuat anak didik mereka paham akan materi yang telah disampaikan. Semangat keikhlasan ini akan mampu meluluhkan hati & jiwa keras siswa-siswi mereka. Apalagi jika ditambah dengan kemauan guru untuk mendoakan anak didik mereka untuk sukses, maka aspek spiritual ini menjadi penyempurna kelebihan dari guru. Guru akan terlihat berwibawa dan bercahaya.Layaknya seorang pedagang yang akan melakukan promosi apa saja untuk membuat dagangannya laku terjual, seorang gurupun juga demikian.
Seorang Guru ketika berada di dalam kelas diibiratkan sebagai seorang pedagang yang sedang menjual barang dagangannya. Calon pembelinya ialah siswa-siswinya. Barang dagangannya merupakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Guru akan melakukan apa saja untuk membuat para siswa-siswinya tertarik pada materi yang diajarkan.Ketika dalam proses review tersebut seluruh siswa dapat menjawab pertanyaan dengan sempurna secara tidak langsung hal tersebut telah menunjukkan bahwa guru tersebut telah berhasil, dan barang dagangannya yakni ilmunya sudah laku terjual.
 Tetapi jika masih ada beberapa/bahkan hampir seluruh siswa ada yang belum paham materi yg disampaikan, makan dalam hal ini secara tidak langsung sudah menunjukkan bahwa guru tersebut kurang berhasil di dalam berdagang.Dan bila hal ini terjadi, yang harus dia lakukan adalah mengevaluasi kembali cara berdagangnya, yakni dengan menyakan berbagai banyak hal pada dirinya sendiri.
Pertanyaanan yg biasa diajukan ke dalam proses intorpeksi diri ini biasanya berkutat pada 4 (empat) hal, yakni apakah calon pembelinya punya cukup uang untuk membeli barang dagangan/tidak, dengan kata lain apakah harga barang dagangannya terlalu mahal/tidak, yang kedua apakah dagangannya sudah dikemas dalam wadah yg menarik/tidak, ketiga apakah barang dagangannya telah bervariasi/monoton, dan terakhir ialah apakah barang dagangannya sudah cukup berkualitas/tidak.
Banyak guru terlalu berharap bahwa siswa-siswi mereka akan mampu menyerap semua materi, padahal masukan sekolah tersebut tak terlalu bagus, yang artinya siswa-siswi yg masuk ke sekolah itu kemampuan belajarnya masih jauh di bawah standar, andaikan para guru menjumpai masalah ini, maka yg bisa seorang guru lakukan ialah menyesuaikan diri dengan kondisi yg ada.
 Penyesuaian bagi diri ini banyak sekali caranya, pertama guru bisa menurunkan Standard Kompetensi yg hendak di capai sehingga anak didik menjadi lebih mudah menangkap pelajaran. Kedua ialah dengan tetap menggunakan Standard Kompetensi normal namun jumlah tatap mukanya harus ditambah. Penambahan akan jumlah tatap muka seperti ini dilakukan bagi mengatasi siswa-siswi yg slow learner, yakni dengan mengulang lagi materi ke dalam bentuk remidial teaching/dengan memperbanyak latihan.
 Ketiga guru tetap mengajar seperti biasanya, akan tetapi materi yg diajarkan harus disampaikan se-smart dan sesimpel mungkin sehingga siswa yang memiliki masalah belajar ini mampu mengingat materi dengan cepat. Cara yg ketiga inilah yg terberat dilakukan guru karena guru harus bisa merencanakan kegiatan pembelajaran seefektif mungkin.
Kemasan barang dagangan yg dimaksud pada pertanyaan kedua disini ialah kemasan materi yang akan disampaikan, apakah cara dia menyampaikan materi sudah bisa membuat siswa-siswinya antusias bagi mendengarkan, seberapa sering ia melemparkan kesempatan terhadap siswa-siswi untuk berdiskusi dan bertanya, seberapa sering dia melontarkan joke-joke segar tapi mendidik, Apabila kekurangan nya terletak disini, maka guru tersebut wajib mencarikan solusi dan memberikan catatannya.
 Yang dimaksud variasi barang dagangan pada pertanyaan ke 3 (tiga) ialah variasi materi yg disampaikan. Yang artinya seorang guru harus pandai memberikan variasi di dalam kelas. Variasi ini bisa dilakukan dengan mengubah suasana belajar siswa-siswi di kelas setiap hari, atau setiap minggu/setiap durasi waktu tertentu yg kesemuanya bergantung pada guru pengajar. Guru yg baik selalu paham akan halseperti ini, sehingga ketika dia masuk ke dalam kelas pun, siswa-siswi tidak akan mudah bagi menebak apa yang akan mereka kerjakan pada setiap pertemuan sebab guru tersebut selalu membawa kejutan-kejutan yg berupa kegiatan belajar yg berbeda.
Sedangkan inti dari pertanyaan terakhir ialah guru harus bisa mengecek materi yg telah disampaikan kepada siswa-siswinya. apakah tak ada kesalahan pada konsep ketika materi tersebut disampaikan, dan apakah mutu materi yg telah disampaikan selevel dengan mutu materi yg disampaikan di sekolah lain. Hal seperti ini tidak mungkin bisa dilakukan oleh seorang guru yg hanya asal ngajar saja. Perlu kelegawaan untuk menyadari bahwa tugas guru bukan hanya menyampaikan saja, tetapi juga harus mampu mempertanggung jawabkan apa yg sudah disampaikannya.Demikian juga seorang guru. Ia tak akan bisa mengajar dengan baik jika ia hanya mengandalkan pengetahuan yg diterima dari kuliahnya saja. Padahal jaman sudah berubah. Siswa-siswi jaman sekarang lebih maju dan hebat dari siswa-siswi jaman dahulu.
Jika guru hanya mengandalkan ilmu yg ia bisa di bangku kuliah saja, ia akan disalip siswa-siswinya. Untuk mengatasi hal semacam ini, guru harus kulakan ilmu baru. Kulakan ini dapat dilakukan dengan membeli buku-buku yang baru untuk dibaca sampai tuntas dan melek IT. Hal ini sangat baik dilakukan untuk mengetahui perkembangan ilmu-ilmu yg berhubungan dengan bidangnya. Ia juga bisa mengikuti berbagai kegiatan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kompetensi guru seperti workshop dan seminar. Dikusi dengan rekan seprofesi, dengan rekan senior/dengan pakar sangat membantu proses kulakan ilmu ini.
Cara kulakan ilmu yg terakhir dan paling efektif dengan melanjutkan kuliah ke jenjang yg lebih tinggi lagi dan setiap saat kulakan ilmu terbaru dari internet.Pada intinya marilah kita belajar menjadi guru yang jadi teladan dan panutan serta disayangi para siswa .... Insyaallah.
.