Jumat, 16 November 2012

 CARA MUDAH MENGHAFAL DALAM PELAJARAN IPS

1. PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang wajib dibelajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Konsentrasi tingkat kerumitan disesuaikan dengan jenjang pendidikan yang ada. Menurut kaedah pendidikan Ilmu Sosial, pola pembelajaran dapat dimulai dari
  1. Fakta
Dimana fakta dapat ditangkap oleh beberapa panca indra siswa yang bersentuhan langsung dengan kejadian, gejala, benda dan hal lain yang bersifat nyata.
  1. Konsep.
Proses membandingkan, mengurutan dan mengelompokan, berdasarkan sifat, bentuk nyata suatu obyek.
  1. Generalisasi.
Setelah terjadi proses membandingkan, mengurutkan dan mengumpulkan maka siswa melalui tahapan menarik kesimpulan dari konsep siswa yang sudah terbentuk
Keluhan guru pada jenjang pendidikan sekolah dasar terutama pada pembelajaran materi yang memiliki banyak hafalan. Seperti menghafal tahun suatu peristiwa bersejarah, menghafal nama tempat-tempat penting, menghafal nama tokoh-tokoh penting dan menghafal lokasi suatu tempat di peta. Apakah hal-hal tersebut untuk mengingatnya harus dengan cara menghafal ?
Melihat kaedah di atas, sesungguhnya guru dalam membelajarkan siswa dalam berbagai jenjang dapat menghindari hal yang bersifat menghafal. Guru sekolah dasar dalam kegiatan pembelajaran sedapat mungkin mengkemas pola pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang beragam dan kreatif. Media pembelajaran yang kreatif yang dilengkapi dengan sentuhan metode dan tehnik pembelajaran yang inovatif akan dapat membawa siswa keluar dari permasalahan banyaknya hafalan pada jenjang pendidikan sekolah dasar.
2. MENGHAFAL DENGAN TIDAK MENGHAFAL

Beberapa siswa mungkin akan senang dengan menghafal. Tetapi tidak demikian halnya dengan siswa yang lain. Kadang-kadang siswa akan mengucapkan istilah, nama, tempat, waktu dan peristiwa secara berulang-ualng supaya hafal. Akan tetapi menghafal adalah pembelajaran yang miskin pemaknaan. Dengan menghafal siswa akan ingat suatu hal akan tetapi tidak mengerti dengan hal tersebut. Menghafal dengan cara demikian akan mudah dilupakan.
Pembelajaran bermakna adalah solusi tepat mengatasi kebiasaan kita menyuruh siswa menghafal. Pembelajaran bermakna yang bernuansa CTL akan membawa siswa mengembara ke situasi nyata walaupun dengan teknik verbal sekalipun. Guru dapat mulai membelajarkan IPS dengan fakta, konsep dan generalisasi yang disajikan dengan utuh tidak sepotong potong. Sesudah mereka menyimak suatu uraian peristiwa atau deskripsi suatu benda secara lengkap selanjutnya kita mulai menyasar pada hal pokok yang kita ajarkan melalui kegitan alternatif berikut ;
1. Untuk menghafal nama tempat, waktu dan tokoh yang terdapat dalam suatu peristiwa dalam pembelajaran sejarah, kita harus menceritakan suatu kejadian secara lengkap tentang suatu peristiwa. Kemudia kita menugaskan siswa untuk mendengarkan, menyimak secara lengkap kemudian menuliskannya kembali sehingga menjadi suatu ringkasan. Di saat yang lain kita dapat bertanya jawab tentang peristiwa tersebut dengan pertanyaan yang menekankan pada peristiwa bukan pada waktu, tempat maupun tokoh. Demikian juga saat memberikan evaluasi hendaknya kita memperhatikan soal yang menekankan pada peristiwa bukan kepada waktu, tempat dan tokoh. Contoh pertanyaannya ,” Apakah yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta ? Raja Jaya Katwang adalah Raja Kediri yang berhasil mengusir utusan tentara Monggolia dengan cara....
2. Untuk menghafal nama tempat, tahun, tokoh dan peristiwanya dapat digabungkan membelajarkan siswa dengan peta buta. Dimana Siswa ditugaskan menuliskan pada fotokopi peta buta tentang nama tokoh, tempat, tahun dan peristiwa dengan sedikit tulisan. Yang selanjutnya disertai dengan tanya jawab yang mengetengahkan uraian pertanyaan yang menekankan pada peristiwa.
3. Cara lain yang lebih populer adalah dengan membuat peta konsep, silsilah dan urutan waktu suatu peristiwa.
4. Demikian juga siswa dapat ditugaskan menggambar peta pada buku gambar yang berisi nama kota dan daerah yang hendak dihafalkan.
5. Apabila tersedia kita dapat memutarkan vidio dokumenter tentang suatu peristiwa sebagai media yang lengkap menyajikan suara narator dan gambar objyek bergerak yang bernuansa tematik.
6. Mendemonstrasikan suatu peristiwa secara sederhana dimana siswa sendiri sebagai pemerannya.
Beberapa tehnik tersebut akan membawa dampak pembelajaran yang bermakna sehingga siswa akan terbawa secara emosional untuk larut dalam suasana peristiwa yang terjadi. Sehingga walaupun tidak disuruh mengingat siswa akan dengan sendirinya ingat. Dengan catatan faktor kecerdasan kelas yang dibelajarkan adalah berkatagori kurve normal. Artinya tidak terdapat siswa yang memiliki keterbelakangan ekstrim atau jauh di bawah rata-rata temannya yang lain.
3. KESIMPULAN

Pembelajaran IPS sering dipandang sulit bagi yang masih mengandalkan tehnik pembelajaran menghafal konvensional. Menghafal kadang kadang tidak disenangi oleh beberapa siswa. Sebenarnya dalam pembelajaran IPS siswa tidak perlu menghafal tempat, nama, waktu dan peristiwa.
Pembelajaran dengan cara menghafal yang membosankan beberapa siswa dapat disiasati dengan tehnik pembelajaran bermakna. Dimana beberapa tehnik sesungguhnya telah banyak dilakukan oleh guru seperti penugasan menceritakan suatu peristiwa, menggambar peta suatu peristiwa, menulis urutan kejadian, menulis peta konsep , menonton dan mendemonstrasikan suatu peristiwa.
Tehnik demikian akan mengakibatkan keterlibatan siswa yang sangat besar dimana interaksi dengan media, suasana dan siswa lain. Daya ingat siswa yang terbatas akan semakin kecil dengan hanya dijejali dengan hafalan yang tidak bermakna. Akan tetapi memori mereka akan berkembang seiring berkembangnya daya imajinasi yang berakibat daya ingat yang kuat tentang sustu hal. Dengan demikian pembelajaran IPS terpadu bukan merupakan hal yang sulit akan tetapi sebaliknya adalah sesuatu yang menyenangkan.

SK Kenaikan Kelas

SURAT KEPUTUSAN KEPALA SD NEGERIJATIGUWI 02
Nomor :..........................................................
TENTANG
KRITERIA KENAIKAN KELAS
BAGI SISWA KELAS SD NEGERI JATIGUWI 02
TAHUN PELAJARAN2012/2013
KEPALA SD NEGERI JATIGUWI 02
Menimbang
:
Bahwa guna memberikan kepastian hukum kepada siswa untuk dinyatakan naik/tidak naik dipandang perlu adanya Kriteria Kenaikan Kelas bagi siswa SD Negeri JATIGUWI 02 Tahun Pelajaran2012/2013
Mengingat
:
1.
Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional
2.
Undang-undang no. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara tahun 1999 no. 60 tambahan Lembaran Negara no. 3839),
3.
Peraturan Pemerintah Nomor : 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
4.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
5.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
6.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
7.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Memperhatikan
:
Rapat Dinas SD NegeriJATIGUWI 02
                            :   
MEMUTUSKAN
Menetapkan
:
Rapat Dinas SD Negeri Jatiguwi 02
Pertama
:
Siswa SD NegeriJatiguwi 02 Tahun Pelajaran 2012/2013 dinyatakan naik kelas apabila yang bersangkutan dapat memenuhi kriteria kenaikan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Surat Keputusan ini.
Kedua
:
Kriteria kenaikan ini bersifat mengikat bagi seluruh peserta didik di SD Negeri Jatiguwi 02
Ketiga
:
Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan catatan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan ini akan dibetulkan sebagaimana mestinya
Menyetujui
Ketua Komite Sekolah
SUYONO
Ditetapkan di :Jatiguwi
Pada Tanggal :17 Juli 2012
Kepala Sekolah
EDY MUNASIB, S.Pd
NIP195603131979071001
,

Lampiran:
Surat Keputusan Kepala SDN Jatiguwi 02
Nomor : .....................
Tanggal : 7 Juli 2012
KRITERIA KENAIKAN KELAS
BAGI SISWA SD NEGERI JATIGUWI 02
TAHUN PELAJARAN2012/2013
Siswa SD Negeri ...dinyatakan naik apabila yang bersangkutan memenuhi kriteria kenaikan yang meliputi aspek akademis dan non akademis.
A.
ASPEK AKADEMIS
1.
Peserta didik dinyatakan naik kelas bila telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (≥ KKM)
2.
Jumlah mata pelajaran yang belum tuntas tidak boleh lebih dari 25% dari jumlah mata pelajaran yang diajarkan di kelasnya masing-masing.
3.
Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada dua semester pada kelas yang diikuti.
A.
ASPEK AKADEMIS
1.
Nilai kelakuan sekurang-kurangnya B
2.
Nilai kerajinan sekurang-kurangnya B
3.
Nilai kerapian sekurang-kurangnya B
4.
Ketidakhadiran tanpa izin (alpa) maksimal 5% dari jumlah hari efektif
Menyetujui
Ketua Komite Sekolah
SUYONO
Ditetapkan di :Jatiguwi
Pada Tanggal :17 Juli 2012
Kepala Sekolah
EDY MUNASIB, S.Pd
NIP195603131979071001

Jumat, 02 November 2012




                              Teaching is not a lost art, but the regard for it is a lost tradition.
                                                 Then be a profesional teacher                                              
  Mau tidak mau, siap atau tidak siap, suka atau tidak suka
Bahwa profesi kita adalah guru
Yang akan berpengaruh bagi siapa yang terpengaruh oleh kita
Dan setiap  murid yang akan terpengaruh
Dengan kuatnya suatu pengaruh
Karena setiap apa yang kita lihat, dengar, rasakan, ucapkan, lakukan dsb
Adalah sugesti bagi kita dan orang lain
             Pernahkah kita bertanya tentang siapa sebenarnya diri kita dan profesi kita? lalu siapa pula mereka yang menjadi lawan interaksi kita?. Perlu kita ketahui Masyarakat India sudah memasuki tahap perkembangan masa keemasannya begitu juga china pada hal dulunya negara  mereka sama dengan negara kita, terjajah, terpuruk, tertindas namun sekarang mereka dapat dikatakan stabil dari segala sudut pandang, dibandingkan kita. 
             Dalam hal, saya bukan hendak membandingkan satu dengan yang lainnya, namun merupakan  contoh bagi kita atas keberhasilan mereka. 
             Dalam kesempatan ini saya hanya ingin mengemukakan pendapat tentang ketertinggalan kita dalam dunia pendidikan khususnya. Menurut hemat penulis permasalahan yang terjadi itu tentunya tak terlepas dari pengaruh pertimbangan-pertimbangan sosial, politik, ekonomi dan budaya sehingga kepentingan siswa sering terlupakan, bukan begitu ?, dan pada akhirnya menimbulkan permasalahan baru yang mengakar yaitu :
· Banyaknya guru yang belum siap menjadi guru
· Banyaknya orang tua yang belum siap menjadi orang tua
· Banyaknya sendi-sendi kekuatan negara ini yang tidak berjalan sebagaimana mestinya
              Dari sabang sampai merauke. Cukup  luas negri ini, namun satu pertanyaan besar yang belum berani utuk dijawab secara gamblang yaitu, “ virus apa yang merasuk genarasi kita saat ini ?, Perzinahan meraja lela, Pembunuhan dimana-mana, Perjudian jadi mata pencarian, Kerusuhan antar sesama sering terjadi, Minuman keras, narkoba menjadi tempat pelarian masalah, Perdukunan, meramal nasib, korupsi menjadi budaya dan lain sebaginya, bahkan yang paling mengenaskan adalah anak-anak didik kita atau buah hati kita pada kehilangan etik/ sopan santun baik pergaulan mereka dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Pertanyaan yang mendasar dari beragam permasalahan ini adalah Ada apa dengan sistem pendidikan di negri ini ?, sehingga tidak mampu mengatasi permasalahan yang terjadi, barang kali peran kerjasama kita dalam mempertahankan kemerdekaan tak lagi utuh dalam persatuan dan kesatuan serumpun visi perjuangan.
               Mengapa para pendidik atau para orang tua yang disalahkan ?, karena pada dasarnya anak-anak kita lebih dekat kepada keluarga dirumah maupun disekolah, dimana peran kita sebagai pengajar dan pendidik jarang bertanya kepada diri kita. Mengapa bisa demikian ?, apakah karena salah dalam metode saat mengajar dan mendidik mereka ?, atau kita para guru dan orang tua memang tidak faham akan tahap perkembangan anak ?, sehingga salah dalam penerapan ilmu, yang seharusnya diterima sianak pada masanya, namun karena ketidakfahaman dalam mentransfer dan menanamkan nilai-nilai pembentuk karakter  membuat anak bingung bahkan  bosan atas cara mengajar dan didikan kita ?
             Suatu hari saya disebuah seminar, ketika itu saya yang menjadi  peserta . Seorang guru bertanya, “Mengapa pendidikan dikebanyakan wilayah di Indonesia belum bisa stabil, seperti yang diharapkan khususnya di tanah Merauke ?. nara sumber  menjawab, bedasarkan survei  mengapa hal itu terjadi  karena disebabkan dua faktor terdekat yaitu.?
· 95%  para guru dan orang tua atau elit pendidikan belum profesional
· Ternyata sekitar 95 % sekolah-sekolah yang ada tidak memiliki  ketegasan peraturan dalam managemennya
Sahabat guru Indonesia, terlihat oleh kita bahwa nomor satu yang menjadi permasalahan dan harus segera diatasi adalah para team pendidiknya yaitu guru dan orang tua dan yang kedua adalah ketegasan peraturan yang diantara keduanya memiliki kapasitas seimbang. Seandainya para guru maupun orang tua mampu untuk profesional dalam artian mereka sudah mengerti dan faham siapa mereka, apa profesi mereka dan mengenal betul siapa objek didik mereka, maka dapat dibuktikan bahwa setiap anak akan merasa puas dengan apa yang mereka terima dari para pendidik mereka sehingga rasa penasaran tentang sesuatu hal yang selama ini menjadi pertanyaan mereka, akan terjawab.
          Dari paparan permasalahan diatas dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwa negara kita sangat memerlukan para pendidik (guru) yang profesional begitu juga para oarang tua jauh hari sebelum melangkah kejenjang pernikahan telah memikirkan dan belajar  bagaimana cara mendidik dan mengasuh anak, agar kelak anak-anak kita menjadi orang yang memiliki karakter terbaik demi terwujudnya negara yang adil dan makmur pada masa negri ini masih dalam tahap perkembangannya. Dan berikut ini saya mencoba memberikan beberapa kirteria guru yang profesional,
  1. Guru yang berniat ikhlas mengajar dan mendidik
Niat adalah penentu segala perbuatan yang akan dan yang telah kita lakukan, dan sesorang dari kita akan menadapat akibatnya menurut apa yang telah kita niatkan sebelumnya maka jadilah kita berjalan dimuka bumi hingga detik ini menurut niat kita sebelumnya. Menjadi guru adalah pekerjaan gampang-gampang susah, semua itu tentunya kembali kepada niat kita dalam memulai profesi menjadi guru.  Jangan pernah berniat hanya sekedar coba-coba untuk mejadi guru, karena guru yang mencoba-coba berdiri diantara dua pilihan yaitu berhasil atau tidak. Sehinngga yang akan dilakukan dari niat yang seperti ini adalah jika tidak berhasil mengakibatkan keluhan panjang dan jika berhasil mengakibatkan keangkuhan akhirnya segala sesuatu dinilai dari sudut pandang untung dan rugi. Sebaiknya jujurlah dalam bertindak dan memilih profesi yang benar-benar kita sukai sehingga menimbulkan kecintaan kita terhadap profesi itu dan menjadi guru adalah tugas yang mulia dan terpuji merupakan salah satu bentuk ibadah yang diwajibkan kepada manusia, yaitu belajar dan mengajarkan. Jadi guru yang ikhlas dalam mengajar dan mendidik tidak mempermasalahkan suatu keadaan, baik itu dari sisiwanya maupun tempat dan peralatan yang akan digunakan dalam mengajar, sebab guru yang ihklas adalah guru yang benar-benar menginginkan peserta didikanya sukses meraih cita-cita dikemudian hari kelak sehingga dalam mengajar dan mendidik menggunakan bermacam cara untuk mentransfer ilmu yang bermanfaat bagi peserta didiknya.

2.Guru yang  mengenal dirinya, profesinya, dan mengenal peserta didiknya

Mungkin sedikit aneh ketika seorang guru belum mengenal siapa dirinya, apa profesinya bahkan siapa peserta didiknya sehingga berakibat fatal bagi karirnya maupun peserta didiknya. Menjadi guru profesional adalah pilihan bijak dan guru yang profesional menampilkan kesan guruku idolaku artinya guru yang tak pernah lekang dari ingatan peserta didiknya, berbagai macam cara ia lakukan dalam mentrasnfer ilmu dan pembentukan karakter peserta didiknya melalui mata pelajaran yang disampaikan yang sesuai dengan kurikulum, tahap perekembangan anak, kecerdasan anak dan cara belajar anak.

3.Guru yang disiplin dan bertanggung jawab

Sudah seyogiayanya kedisiplinan itu pangkal dari segala perbuatan manusia yang profesional dibidangnya. Seorang guru yang disiplin akan memepersiapkan segala sesuatu untuk menjalankan visi misinya sebagai pendidik dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya dalam mengendalikan peserta didiknya pada saat proses pembelajaran, tentunya akan membekas dijiwa anak atas apa yang telah diterapkan dan diajarkan. Guru adalah cermin yang utama bagi peserta didiknya, panutan terbaik bagi mereka. Guru adalah contoh bagi siswanya mulai dari ucapan, perbuatan dan lain sebaginya. Untuk itu guru sosok yang menjadi panutan peserta didiknya harus lebih utama membudayakan kedisiplinan baik bagi dirinya dan profesinya maupun penerapan bagi peserta didiknya. Begitu juga tanggung jawabnya terhadap peserta didiknya atas apa yang telah dicontohkan atau ditanamkan terhadap perkembangan pengetahuan anak yang terlihat dari sikap, tingkah laku serta pola pikir anak baik didalam lingkungan sekolah maupun keluarga dan masyarakat. Guru berperan aktif dalam tanggung jawab membesarkan jiwa peserta didiknya menuju tahap kesempurnaan berpikir dalam tahap perkembangannya.

4.Guru yang bijaksana dalam bertindak

Dalam setiap situasi guru yang profesional akan melakukan sesuatu tindakan perbuatan lebih bijaksana baik pada saat memberi motivasi maupun hukuman pada peserta didiknya melakukan sesuatu yang berlebih dari standart peraturan yang telah disepakati bersama antara guru dan peserta didiknya

5. Guru yang kreatif, inovatif dan menyenangkan

Guru yang kreatif akan selalu menemukan cara terbaik dalam menyampaikan mata pelajaran  dan tentunya menggunakan inovasi terbaru sesuai dengan mata pelajaran dan keadaan yang berlaku saat itu baik dari situasi dan kondisi lingkungan setempat maupun dari latar belakang setiap peserta didiknya dalam proses belajar mengajar sedang akan berlangsung atau sedang berlangsung. Guru yang profesional faham dan mengerti trika apa yang akan digunakan ketika mengajar dan mendidik demi tersalurnya apa yang menjadi materi atau bahan ajar.

6.Guru yang selalu mendo’akan peserta didiknya

Guru adalah orang tua bagi peserta didiknya disekolah dan guru yang profesional tidak akan putus hubungan ketika sudah berakhirnya proses belajar mengajar. Guru yang profesionl akan selalu mendo’akan peserta didiknya sebab tugas yang diemban tidak hanya sebatas keberhasilan saat itu namun berkelanjutan sampai peserta didik sukses mencapai ciat-citanya.
             Menjadi guru adalah pekerjaan yang mulia jasa yang tak ternilai harganya kebanyakan dari kita para guru terkadang masih malu untuk mengakui bahwa dia adalah guru atau menjadi guru hanya setengah hati sekedar sampingan saja. Tentunya bukan seperti itu, sebab guru adalah modal utama sebuah negara menuju kesuksesan, maka jadilah guru yang profesional mencintai profseinya  dan menjadikan lahan ibadah baginya yang berisikan kebaikan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang banyak.






M

Kamis, 01 November 2012

"MENJADI GURU YANG GAUL?? .... WHY NOT ??
 Ditulis : NINIK AYUNDARI, S.Pd, S.Pd SD
   Guru SD Negeri Jatiguwi 02 Sumberpucung

          Sering kali hal  yang saya lakukan menjadi bahan gunjingan teman-teman guru yang bekerja satu sekolah.Mungkin mereka menganggap gaya yang saya lakukan terlalu "LEBAY " bagi mereka.
Tetapi itu merupakan sebuah motivasi tersendiri sebagai pembuktian bagi teman-teman guru agar berani mengadakan perubahan dari yang selama ini sebenarnya sudah harus berubah .
Jadi guru itu susah-susah gampang, kalau cuma untuk mentransfer ilmu mungkin mudah, tapi menjadikan mudah difahami materi yang disampaikan itu yang sulit, perlu berbagai macam metode mengajar dan penerapan yang pas untuk berbagai situasi.
Ada beberapa hal yang seharusnya perlu kita perhatikan 

1. Jaga penampilan
Penampilan merupakan kunci pertama dan penilaian pertama seseorang, jika pada awalnya penampilan guru kusut masai maka pada saat awal itu juga siswa kurang respek terhadap guru,bayangkan jika waktu pelajaran dimulai yang masuk ke kelas adalah guru yang berpenampilan acak-acakan bahkan (maaf) bau badan, maka sudah pasti siswa akan kehilangan selera belajar dan menyimak materi yang akan disampaikan guru tersebut pada menitpertama, meski ada pepatah mengatakan "don't judge a book by the cover", tapi penilaian pertama yang baik akan menumbuhkan ruh positif bagi siswa untuk mengikuti materi yang disampaikan oleh guru.
2. Siapkan lesson plan (rencana mengajar)
Mempersiapkan lesson plan bukan hanya berupa RPP dan rekan-rekannya berupa administretif yang sudah tentu merupakan hal wajib yang harus dimiliki guru, tapi juga persiapan berupa mental, menjaga kestabilan emosi meski banyak masalah menghadang agar ketika mengajar tidak memasukan emosi dalam atmosfer belajar dikelas. lesson plan yang matang akan sangat membantu dalam proses mengajar, termasuk mempersiapkan jawaban dari kemungkinan pertanyaan yang diajukan siswa, murid akan semakin "terpesona" jika guru mampu menjawab semua pertanyaan yang ajukan dan guru akan tetap menjadi seseorang yang seolah tau semua ilmu, jikapun ada pertanyaan yang tidak terjawab, menghindar dengan cara yang elegan atau meminta waktu lain waktu untuk menjawabnya tetapi tentu saja tetap dengan cara yang elegan.
3. Gunakan Bahasa yang difahami mereka (siswa)
Survey membuktikan siswa lebih antusias jika guru menggunakan bahasa yang biasa mereka gunakan, meski tetap pada koridor yang menempatkan guru pada posisi pemberi materi dan siswa sebagai penerima informasi. tidak ada salahnya sesekali menggunakan bahasa "gaul" yang sedang populer saat itu untuk masuk kedalam dunia siswa. hal ini akan membuat siswa merasa lebih dekat terhadap guru. coba bayangkan jika guru mengajar dengan bahasa yang biasa digunakan untuk berpidato,sudah tentu sebagian siswa akan tertidur dan sebagian lain akan melamun tidak jelas. dan pasti materi pelajaran tidak akan terserap dengan baik.
4. Buat situasi jokes yang fresh tidak garing
siswa akan berbetah-betah dikelas (meski pas bel istirahat atau pulang jauh lebih antusias) jika gurunya humoris, menyelipkan jokes segar pada materi yang disampaikan agar tidak monoton. yang pasti jangan mengulang-ulang jokes karena akan membuat siswa ilfill dan kehilangan suasana humorisnya.

5. Gunakan metode yang tepat dan berfariasi
setiap kelas punya karakteristik berbeda, maka gunakan metode mengajar yang berbeda pula, begitu pula pada setiap materi pelajaran. setiap materi akan berbeda metode yang digunakan sebagai contoh mengajar materi tentang peta akan berbeda metode dengan materi tentang peristiwa kemerdekaan RI. maka sangat dianjurkan seorang guru untuk terus berinovasi dalam metode mengajar.